
Catatan Rizal Effendi
HARI Minggu (10/8) kemarin saya ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU). Lewat jalan tol. Saya ikut bergabung dalam acara Tebar Ikan dan Dialog HIimpunan Alumni Perguruan Tinggi (Himpuni) Negeri dan Swasta di Kaltim bersama Otorita IKN.
Acara ini difasilitasi oleh Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN Dr Myrna A Safitri. Kebetulan dia orang Kaltim kelahiran Samarinda. Sedang dari Himpuni dikomandani Rektor Universitas Balikpapan (Uniba) Dr Isradi Zainal. Dia anggota dan pengurus beberapa Ikatan Alumni (IKA). Maklum gelarnya banyak. Ya dari Unhas, Unmul, UI dan lainnya.
Setidaknya ada 22 IKA anggota Himpuni yang terlibat. Mulai IKA Universitas Mulawarman (Unmul), IKA Unhas, IKA Gajah Mada (Kagama), IKA UI (Iluni), IKA Uniba, IKA Brawijaya, IKA IPB, IKA ITK, IKA Unpad, IKA Unair, IKA UPN, IKA ITB, IKA UII, IKA Undip, IKA ITS, IKA Airlangga, IKA Untag, IKA UNU, IKA Widya Gama, IKA UNISI sampai IKA Universitas Karta Negara (Unikarta).

Saya anggota IKA Unmul. Kebetulan dipercaya sebagai Ketua IKA Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Banyak kepala daerah sekarang alumni FEB Unmul. Termasuk tiga bersaudara Bani Mas’ud yang meraih gelar doktor (S3). Yaitu Gubernur H Rudy Mas’ud, Ketua DPRD Kaltim H Hasanuddin Mas’ud dan Wali Kota Balikpapan H Rahmad Mas’ud.
Ketua IKA Unmul saat ini adalah Dr Isran Noor, Gubernur Kaltim 2018-2023. Tidak kurang 50 anggotanya yang berangkat ke IKN. Dipimpin Dr Hj Meiliana, mantan Pj Sekdaprov. “Pak Isran lagi berada di Jakarta,” jelasnya.
Di era Isran, IKN dibangun. Dia ikut berjuang dan meyakinkan Presiden Jokowi kalau Kaltim sangat tepat dijadikan lokasi IKN. Karena itu dia salah seorang pembela berat IKN. “Pendek umurnya yang menentang IKN,” itu pernah diucapkannya.
Sebelum masuk ke IKN, saya singgah dulu di rest area. Di situ ada warung UMKM warga setempat. Saya sempat makan soto. Di tempat itu juga ada petugas Otorita IKN yang melayani pendaftaran warga atau pelancong yang ingin masuk ke lokasi IKN. Dari sini semua tamu pindah ke bus listrik. Semua kendaraan berbahan bakar posil tak bisa berkeliaraan di jalan-jalan utama IKN.

Yang menarik di rest area ada satu kios bernama: “Kedai Gibran’s.” Mengingatkan nama Wapres kita, Gibran Rakabuming Raka. Saya beli minuman kopi di situ. Saya tanya kenapa diberi nama Kedai Gibran’s. “Itu nama anak pemiliknya,” kata yang jaga.
Masuk ke IKN terasa lebih hijau. Ribuan pohon yang ditanam sudah mulai rindang. Pembangunan IKN tahap I sudah selesai. Menghabiskan dana APBN sekitar Rp130 triliun. Sekarang sudah memasuki tahap II.
Selain penyelesaian beberapa proyek infrastruktur seperti jalan tol, Istana Wapres, Masjid Nusantara dan Basilika, juga dimulainya pembangunan beberapa gedung legislatif dan yudikatif. Saya lihat gedung Bank Indonesia (BI) yang berbentuk burung Garuda dengan sentuhan futuristik sudah rampung.
EMBUNGNYA BASUKI
Acara tebar ikan dipusatkan di embung MBH. Tak jauh dari Istana Nusantara. Kepala Otorita IKN Muhammad Basuki Hadimuljono sempat membuat kuis berhadiah Rp100 ribu. Dia tanya apa itu MBH?. Ternyata itu singkatan dari namanya.
Embung MBH adalah salah satu dari puluhan embung di IKN untuk penampungan air hujan dan pengendalian banjir. Mampu menampung 66 ribu meter kubik air. Cukup luas dan bersih airnya. Ada tanaman bunga Teratai yang indah dan sekelompok keluarga angsa berkeliaran di sana.

Beberapa fasilitas juga tersedia. Di antaranya pedestrian, jogging track dan amfiteater. Mungkin panggungnya perlu ditambah dan rada besar. Biar kalau ada acara bisa lebih nyaman. Tapi saya senang Otorita menyediakan jajan sebelum menebar ikan. Di antaranya jagung dan singkong. Ada juga ketan dan apam, wadai Banjar kesukaan saya.
Ikan yang ditebar kemarin adalah ikan lele atau ikan keli (Clariidae) sebanyak 1 ton. Jenis ikan tawar yang mudah dipelihara. Saya suka kalau dimasak jadi pecel lele. Apalagi kalau digoreng sampai kering. Saudara ikan lele, ada yang disebut “penang.” Dagingnya agak kuning dan keras. Waktu kecil saya sering memancing ikan lele di jalur pipa Pertamina di Samboja.
Setelah menebar ikan baru berlangsung dialog yang digelar di auditorium Kemenko 1 KIPP IKN. Basuki yang agak dipanggil Pak Bas tampil mengenakan kaos Kagama. Maklum dia adalah ketua umum Kagama sekarang menggantikan Ganjar Pranowo.
Pak Bas didampingi sejumlah pejabat pratama atau para deputi di antaranya Alimuddin (Deputi Bidang Sosial Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat). Alimuddin tadinya pejabat di Pemkab PPU. Dia bersama Myrna wakil dari Kaltim.

Selain itu ada Mia Amalia (Deputi Bidang Perencanaan dan Pertanahan), Danis Hidayat Sumadilaga (Plt Deputi Sarana Prasarana), Thomas Umbu Pati Tena Bolodadi (Deputi Pengendalian Pembangunan) serta Kepala Sekretariat Bimo Adi Nursanthyasto.
Ada ketua alumni yang tanya ke Pak Bas dari sejumlah anak-anak muda yang menemani mereka, kok semuanya dari luar daerah? Pak Bas langsung meluruskan. Sebab, dari 574 CPNS Otorita IKN, 30 persen afirmasi buat Kaltim. Termasuk putri saya, Aisyah Febria.
Saya ikut bertanya kepada Pak Bas. Dimulai dengan berpantun. Saya bilang: Jus selasih di minum pagi-pagi, terima kasih saya sampaikan kepad Pak Basuki, mau tinggal dan mengabdi di IKN meski tak jadi Menteri lagi, biar kelak berada di taman sorgawi, sebab bagi orang Kaltim IKN itu harga mati.”
Saya ingin menegaskan meski ada yang memberi alternatif IKN jadi ibu kota provinsi Kaltim, tapi bagi orang Kaltim sendiri IKN adalah Ibu Kota Nusantara pengganti Jakarta. Itu sudah harga mati.
Kepada Pak Bas, saya minta disampaikan kepada Presiden Prabowo berkenan kiranya berkunjung ke lokasi IKN. Sebab sejak dia dilantik 20 Oktober 2024, Prabowo belum pernah datang. Selain itu memohon kepada Presiden agar jabatan Wakil Kepala Otorita IKN yang lowong diisi oleh putra daerah terbaik dan profesional.
Yang menarik jawaban Pak Bas soal komitmen kepada IKN. Dia yakin dari Presiden Prabowo tak ada yang berubah. Prabowo sesuai janjinya akan berkantor di IKN tahun 2028 atau 2029. Prabowo juga menegaskan keberlanjutan IKN di forum internasional G20. “Saya salat tahajut untuk kedatangan Bapak Presiden,” katanya halus.

Berkaitan wilayah Kecamatan Sepaku, saya menyinggung dampak pembangunan IKN kepada warga sekitarnya. Juga “menagih” janji Pak Bas kala menjadi Menteri PUPR agar 500 liter per detik air dari Waduk Sepaku dikirim ke Balikpapan.
Menjawab pertanyaan saya, saya kaget Pak Bas masih memanggil saya “Pak Wali.” Rupanya dia masih ingat saya Wali Kota Balikpapan. Dia menegaskan komitmen air untuk Balikpapan tetap dilaksanakan. Malah jumlahnya bukan 500 liter per detik tapi seribu. “Hanya mekanismenya lewat investor atau pihak ketiga,” jelasnya.
Soal dampak pembangunan IKN untuk warga sekitarnya, dia menyinggung tentang rencana revitalisasi Pasar Sepaku yang sehat dan modern. “Itu bukan top-down, melainkan hasil diskusi dari bawah dan pedagang,” jelasnya.
Pulang dari IKN semua ketua alumni diberi oleh-oleh bibit pohon jambu dari Pak Bas dan para deputi. “Tanam di mana saja, di kampus, di rumah, di jalan di mana saja. Jangan tidak karena bermanfaat untuk lingkungan,” tandasnya.
Saya banyak disapa dan diajak foto bersama oleh sejumlah alumni. Ada Pak Yusuf, mantan Kadis Perindustrian Balikpapan yang alumni Unhas. Ada Ayu Fetriana Rosati, putri alm Prof Sarosa. Ada M Ichsan Haris, dosen Fakultas Pertanian Unmul. “Saya senang baca tulisan bapak,” kata mereka. Rupanya mereka baca juga. Terima kasih kata saya penuh suka cita. Meski saya “Bukan Wali Kota Lagi.”(*)







