
Oleh: Bert Toar Polii
Sebenarnya tulisan ini sudah pernah tukang bridge tulis beberapa tahun yang lalu. Namun tukang bridge ada sedikit kekeliruan sekaligus melengkapi hal-hal yang terjadi pada beberapa tahun terakhir setelah tulisan dimuat.
Tidak terasa telah 55 tahun saya berkecimpung di dunia bridge Indonesia tanpa jeda. Diawali tahun 1970 mulai belajar bridge sejak kelas 3 SMA di kota kecil Tondano dan dilanjutkan di Manado ketika kuliah di Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi.
Ketika awal kuliah, konsentrasi masih focus pada olahraga catur. Tapi ketika ikut seleksi catur di Manado hanya berakhir peringkat 10 maka pilihan mulai beralih ke olahraga bridge. Salah satu alasan utamanya karena waktu itu Sulut menjadi gudang atlet nasional bridge. Sebut saja Manoppo bersaudara, Henky Lasut/Max Agouw, WD Karamoy dan lain-lain.
Saking getolnya bermain bridge, kuliah di Fatek Unsrat terbengkalai, hanya berlangsung 3 ½ tahun.
Klub awal saya adalah Wanea Aces Bridge Club asuhan Alm. Eddy Kumontoy. Tahun 1974 terpilih pertama kali mewakili Gabungan Bridge Manado (Gabmo) di Kejurnas Bridge Magelang. Selanjutnya tidak ada Kejurnas Bridge yang tidak saya ikuti yang diselenggarakan setiap tahun. Tahun berikutnya juga terpilih ke Kejurnas Bridge Banjarmasin. Pada waktu itu persaingan untuk meraih juara Antar Gabungan hanya antara Manado dan Jakarta Pusat.
Tahun 1976 pertama kali menjadi juara nasional Patkawan Terbuka di Kejurnas Bridge Yogyakarta. Karena juara maka terpilih mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia Montecarlo berpasangan dengan Wolter Dirk Karamoy.
Inilah kali pertama saya bertanding di luar negeri dan sempat gemetaran ketika berhadapan dengan pasangan legendaris Belladona/Garozzo dari Italia.
Tahun 1977 saya hijrah ke Jakarta dipindahkan dari Jiwasraya cabang Manado ke Kantor Pusat di Jalan Juanda. Sempat menjadi Kepala Seksi di Biro Pengolahan Data yang menangani komputer dari BBM yang waktu itu besarnya tidak ketulungan.
Sebenarnya bisa langsung Wakil Kabag atau menjadi programmer. Tapi karena ketika ikut kursus di IBM yang hanya dua minggu, 4 hari lari ke Semarang mengikuti Turnamen Bridge Djarum Cup yang sangat terkenal. Akhirnya hasilnya hanya nomor 4 dengan perbedaan angka yang sangat tipis.
Peringkat 1-3 langsung jadi programmer atau Wakil Kabag sedangkan peringkat 4-6 jadi operator atau Kepala Seksi. Besar computer waktu itu, sangat berbeda dengan saat ini . Selanjutnya karena begitu keranjingan olahraga bridge akhirnya malah menjadi full-time di olahraga ini. Berkecimpung sebagai pemain, pelatih, Pemimpin Pertandingan, Kapten tidak bermain, jurnalis dan sering jadi official sekaligus pengurus.
Sayangnya tidak mampu mencapai prestasi puncak karena pada saat yang bersamaan, Indonesia punya nama-nama besar, Manoppo bersaudara, Lasut/Agouw, Ferdy Waluyan/Denny Sakul , Yassin Wijaya/Munawar Sawirudin dll.
Prestasi terbaik justru diraih dari nomor pasangan. Juara pasangan Asia Pacific tahun 1978 dengan pemain Philipina, George Soo kemudian juara II dengan Denny Sacul di Bangkok dan juara III dengan Roy Tirtadji di Hongkong. Juara Kejuaraan Pasangan Antar Wartawan Bridge di Maastricht, Belanda dengan Ananta Widjaya. Juara Pesta Sukan Singapura dengan Amiruddin Jusuf, Juara pasangan Gold Coast Congress dengan Giovani Watulingas, juara pasangan Asean Bridge Club Championships dengan Alm. Memed Hendrawan, juara tanpa Mahkota dengan Alm. Alexander Sondakh di Philipina kemudian juara III dengan Tanudjan Sugiarto di Kuala Lumpur.
Juara Pasangan Selangor Congress dengan Tanudjan Sugiarto.Juara pasangan di Yeh Bros Yokohama bersama Munawar Sawirudin. Selanjutnya meraih medali perunggu di Test Event Asian Games 2018 baru-baru ini di The Margo Hotel, Jakarta dengan Santoso Sie. Terakhir menjadi juara pasangan salah satu pertandingan pasangan di Summer NABC Atlanta pada bulan Juli 2018 berpasangan dengan Bambang Hartono. Satu-satunya juara yang diraih dari nomor pasangan. Selain itu ada prestasi di nomor pasangan Campuran berpasangan dengan isteri Tracy Polii menjadi juara nasional Kejurnas Bridge 2012 di Jakarta.
Sebagai NPC pernah meraih medali perak Venice Cup 2011 di Veldhoven Belanda bersama tim putri.
Karier justru mengkilap ketika menjadi pemain senior . Tahun 2012 menjelang usia 60 tahun, saya dan Alm. Memed Hendrawan diajak bergabung dengan Timnas Senior di Djarum Bridge Club. Tidak lama sesudahnya kami keluar sebagai juara nasional nomor Open Team di Kejurnas Bridge 2013 di Pontianak. Selanjutnya meraih medali perak di APBF Hongkong pada tahun yang sama dan diteruskan dengan meraih peringkat 5-8 dunia di Bali.
Tahun 2014, Memed Hendrawan mengundurkan diri dan saya berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto. Kami menjadi juara Asia Pacific di Wuyi, China dan juga peringkat 5-8 di Kejuaraan Dunia 2014 Sanya, China. Tahun 2015 kembali saya harus berganti pasangan, kali ini dengan Denny Sakul dan kami juara Asia Pacific 2015 di Bangkok sekaligus meraih medali perak nomor pasangan. Sayang sekali kami kurang berhasil di Kejuaraan Dunia di India. Tahun 2016 saya kembali berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto dan pada tahun ini kami tidak berprestasi di Beijing.
Tahun 2017 saya kembali berganti pasangan dengan M Bambang Hartono karena pasangan tetapnya Munawar Sawirudin sedang berhalangan. Saya dengan M Bambang Hartono keluar sebagai juara II di Hongkong dan meraih medali emas Test Event Asian Games 2018 di nomor Super Mixed baru-baru ini di The Margo Hotel, Depok. Terakhir mendapat medali perunggu di nomor super mixed Asian Games 2018. Hadiah terindah buat ulang tahun ke 65 di bulan Agustus 2018.
Selanjutnya masih tetap berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto kami ikut di Kejuaraan Dunia d’Orsi Trophy di Wuhan tapi tidak berhasil.
Tahun 2000 – 2023 praktis tidak banyak kegiatan karena adanya pandemic covid-19. Baru pada tahun 2024 mulai lagi ikut Asia Cup di Jakarta berpasangan dengan Tanudjan Sugiarto hanya berhasil masuk semi final. Tahun 2025 berganti pasangan dengan Santje Panelewen dan meraih medali perunggu di APBF Championship yang berlangsung di He Fei China.
Berkat prestasi diatas, saya telah meraih gelar Grand Master Asia Pacific. World Master World Bridge Federation dan Senior International Master World Bridge Federation.
Sebagai Pengurus, saya telah menjadi anggota Pengurus Besar GABSI sejak tahun 1992 ketika masih Alm. Pak Amran Zamzami dan berlanjut sampai tahun 2022. Berarti saya sudah menjadi Pengurus dengan beberapa Ketum PB Gabsi, mulai dari Alm. Amran Zamzami, disusul dua periode Wiranto kemudian Ibu Miranda Goeltom, Wimpy S Tjetjep, Dahlan Iskan dan sekarang Eka Wahyu Kasih dan kemudian kembali Ibu Miranda Goeltom.
Saya tidak ikut pada kepengurusan PB Gabsi masa bakti 2022-2026 dengan Ketum Syarif Bastaman,
Sebagai Jurnalis saya sempat menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Bridge Indonesia, mengasuh kolom bridge di Media Indonesia Minggu selama kurang lebih 5 tahun pada tahun 2005 – 2010. Pernah menulis di Kompas dan Bisnis Indonesia pada waktu yg lalu. Menjadi Editor dari sebagian besar bulletin harian baik Kejurnas maupun event-event besar di Indonesia. Saya adalah anggota SIWO PWI dan International Bridge Press Association. Sekarang aktif menulis di Kompasiana dan beberapa media online.*







